Salah satu pembuktian bahwa al-Qur'an adalah mukjizat, bisa terjawab dengan melihat posisi penerima wahyunya, dalam hal ini adalah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dalam salah satu surah, Allah memerintahkan utusan-Nya untuk mengatakan kepada ummatnya bahwa sebelum diutus sebagai Nabi, dia pernah tinggal dalam selang waktu yang lama diantara umatnya. Selama waktu ini, nabi tidak pernah mengenyam pendidikan formal, dia juga tidak bisa menulis hatta satu bait puisi atau membaca apapun. Muhammad hanyalah seorang anak yatim dan pengembala kambing dibalik gunung gunung dimana dia diberikan mandat oleh Allah untuk menyebarkan pesan Islam.
Katakanlah:"Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak akan membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu". Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (QS: Yunus,16)
Apa Maksud pernyataan, “Rasul adalah ummi”?
Pernyataan bahwa nabi adalah ummi ini terdapat dalam surah al-A'raf, ayat 157 : (yaitu) orang orang yang mengikuti rasul, nabi yang ummi yang (namanya)mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.
Lewat ayat tersebut Ulama sepakat bahwa Rasul adalah ummi, namun penafsiran Ummi sendiri sampai sekarang masih menjadi perbedaan pendapat sebagian kalangan ulama tafsir, ini terbukti dari beberapa pendapat seperti yang diajukan oleh Allamah Tabataba’I dalam tafsirnya al-Mizan bahwa kata “ummi” mempunyai relasi dengan kata “al-Umm” yang artinya ibu. Bisa jadi dikarenakan rasa cinta seorang ibu kepada anak anaknya sehingga dia tidak mempercayakan anaknya belajar kepada guru lain selain dirinya.
Dalam hal yang sama, -masih menurut Tabataba’I- Allah begitu mencintai utusan Nya, jadi Dia mengajarkannya langsung daripada membiarkan pikirannya di sentuh oleh guru biasa!
Pandangan ini juga serupa dengan Abdul karim Al-hairi (an-nabiyyu al-ummi) yang mengatakan :” makna kata ummi bukanlah tidak mampu membaca dan menulis, tapi merujuk pada kata umm (ibu kandung).
Berbeda dengan beberapa orang yang mengatakan bahwa kalimat “Ummi” memiliki arti penduduk sebuah daerah, seperti istilah “al-umm al-Qura”. Bagaimanapun, mayoritas penafsir dan para sarjana masih beranggapan bahwa kalimat “ummi” ketika di sandingkan dengan nabi, kalimat tersebut berarti “tidak berpendidikan” atau “unlettered”, bukan “illiterate” atau buta huruf !.
Dalam beberapa ayat, al-Quran dengan jelas membuktikan bahwa nabi tidak membaca atau menulis apapun sebelum al-Quran diturunkan.
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang memgingkari(mu). (QS. 29:48)
Kemudian dari ayat tersebut apakah ini berarti nabi tidak bisa membaca dan menulis?
Kita semua tahu, membaca dan menulis adalah semacam alat yang digunakan untuk mendapatkan dan men-share ilmu pengetahuan. Sejak Allah menganugerahkan ilmu yang di butuhkan untuk dakwah utusan Nya, dengan begitu seorang nabi tidak membutuhkan alat alat yang dibutuhkan tadi, karena “ilmu” nabi sudah siap pakai. Ilmu semacam ini sering diistilahkan dengan intuitive knowledge atau ilmu ladunni. Dengan ilmu inilah nabi mempunyai kemampuan untuk membaca dan menulis jika dibutuhkan.
Lalu apakah nabi membaca dan menulis selama zaman pewahyuan?
Opini opini diantara para sarjana dan penafsir masih menjadi perdebatan, Bagaimanapun, siapapun yang mengatakan nabi tidak menulis atau membaca selama masa ini, tidak mengimplikasikan bahwa beliau tidak bisa menulis atau membaca seperti halnya zaman sebelum pewahyuan.
Kitab suci ini tidak pernah berubah mulai dari pewahyuannya sampai sekarang, keummian nabi seakan menjadi saksi untuk memberikan pembenar bahwa alquran tetap autentik, nabi saja tidak mampu membaca dan menulis, bagaimana mau mengubah apalagi membuat kitab suci, kira kira begitu argument dari kalangan ini. Dus, bagi sebagian orang yang mengatakan bahwa nabi tidak bisa menulis adalah jika nabi bisa menulis dan membaca, maka akan mudah sekali bagi para musuhnya untuk memfitnah nabi, kalau al-Quran adalah buatan dan di tulis oleh nabi.
Pertanyaannya adalah, apakah hanya karena berdasar argumen tersebut, sebagian orang meyakini ketidakmampuan nabi dalam membaca dan menulis? Dalam hadits yang diungkapkan zaid bin tsabit bahwa nabi pernah bersabda :” jika kalian menulis kalimat Bismillahirrahmanirrahim, maka perjelaslah huruf sin di situ.”Kalau untuk huruf saja ia memperhatikan, bagaimana mungkin dikatakan bahwa nabi seorang buta huruf??.
Wallahu A'lam.